Senin, 09 Agustus 2010

Hakekat Puasa dalam Ihya Ulumiddin Imam Ghazali


Puasa itu ada dua yaitu puasa bil fi’li dan puasa bil qolbi. Puasa fi’li pengertianya adalah seperti yang sudah biasa kita dengan yaitu menahan dari makan, minum dan berhubungan suami istri sejak imsak hingga maghrib. Sedang puasa bil qolbi adalah :

1. ‘Adamu sum’ah wa riya (meniadakan sum’ah dan riya’ pada diri kita). Sum’ah adalah menceritakan amalan-amalan kita agar orang lain mendengar dengan maksud pamer. Sedang Riya’ adalah memperlihatkan amalan kita agar orang lain ngerti dengan maksud pamer juga. Jika 2 hal ini masih ada di diri kita saat puasa, maka pada hakekatnya laisa syiyam (tidak berpuasa) kata Al Ghazali.
2. Adamu hasad. (meniadakan sifat hasud/dengki pada diri kita). Hasud ato dengki adalah merasa tidak nyaman tatkala ada saudara kita yang mendapatkan kenikmatan seraya berharap kenikmatan itu berpindah pada dirinya, ato susah lihat orang lain senang dan senang lihat orang lain susah. Hasud itu amat berbahaya bagaikan api yang membajar kayu bakar. Pahala amalan seseorang akan habis karena sifat ini. Jika hasud masih ada pada kita. “laisa syiyam” kata Al Ghazali.
3. Adamu Istikbar. (meniadakan sifat sombong pada diri kita). Sombong itu merasa diri super hebat, paling hebat, paling pinter, paling cantik, paling kaya, meremehkan orang lain bahkan juntrungnya sombong itu mengarah pada menolak kebenaran. Jika dikasih masukan ato dikritik dia marah meskipun kritikan itu membangun dan benar dia tetap menolak kebenaran itu. Jika saat puasa kita masih sombong, “laisa syiyam” kata Al Ghazali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar