Kelahiran
Fariduddin Attar, salah seorang ulama dan tokoh sufi, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak akan menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin Attar itu tidak meleset.Rumi, Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207. Mawlana Rumi menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi.Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).Jalaluddin dilahirkan 30 September 1207 di Balkh, kini wilayah Afganistan. Ia Putra Bahauddin Walad, ulama dan mistikus termasyhur, yang diusir dari kota Balkhtatkala ia berumur 12 tahun. Pengusiran itu buntutperbedaan pendapat antara Sultan dan Walad.Keluarga ini kemudian tinggal di Aleppo (Damaskus),dan di situ kebeliaan Jalaluddin diisi oleh guru-gurubahasa Arab yang tersohor. Tak lama di Damakus,keluarga ini pindah ke Laranda, kota di AnatoliaTengah, atas permintaan Sultan Seljuk Alauddin Kaykobad.Konon, Kaykobad membujuk dalam sebuah surat kepadaWalad, “Kendati saya tak pernah menundukkan kepalakepada seorang pun, saya siap menjadi pelayan danpengikut setia Anda.” Di kota ini ibu Jalaluddin,Mu’min Khatum, meninggal dunia. Tak lama kemudian,dalam usia 18 tahun, Jalaluddin menikah. 1226, putrapertama Jalaluddin, Sultan Walad, lahir. Setahunkemudian, keluarga ini pindah ke Konya, 100 Km dariLaranda. Di sini, Bahauddin Waladmengajar dimadrasah. 1229, anak kedua Jalaluddin, Alauddin,lahir. Dua tahun kemudian, dalam usia 82 tahun,Bahaudin Walad meninggal dunia.Era baru pun dialami Jalaluddin. Dia menggantikanWalad, dan mengajarkan ilmu-ilmu ketuhanan tradisional, tanpa menyentuh mistik. Setahun setelahkematian ayahnya, suatu pagi, madrasahnya kedatangantamu, Burhannuddin Muhaqiq, yang ternyata muridterkasih Walad. Dan ketika menyadari sang guru telahtiada, Muhaqiq mewariskan ilmunya pada Jalaluddin.Burhanuddin pun menggembleng muridnya denganlatihan tasawuf yang telah dimatangkan selama 4 abadterakhir oleh para sufi, dan beberapa kali meminta diake Damakus untuk menambah Ilmu. 8 tahun menggembleng,1240, Burhanuddin kembali ke Kayseri. Jalaluddin Rumipun menggembleng diri sendiri. Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama. Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Danmereka pun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru berusia lima tahun. Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidupberpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agamayang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Beliau baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar di perguruan tersebut. Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, beliau juga menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu banyak tokoh ulama yang berkumpul di Konya. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia. “Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan,Saya mencintainya dan Saya mengaguminya, Saya memilihjalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiaporang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasihyang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai, diabegitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna.Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yangtidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia danmereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jikakalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.
Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi juga seorang tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya. Rumi adalah guru nomor satu Thariqat Maulawiah, sebuah thariqat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Thariqat Maulawiah pernah berpengaruhbesar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman sekitar tahun l648.Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Di zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu. Bagi mereka kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatuyang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, dengan cepat mereka ingkari dan tidak diakui.Padahal menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan Iman kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragamagama samawi, bisa menjadi goyah.Rumi mengatakan, “Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mu’tazilah. Mereka merupakanpara budak yang tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula memanjakannya.” Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. “Padahal, yanglahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?” tegas Rumi.
Keutamaan dan Karomah
Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika beliau sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, beliau juga memberi fatwa dan tumpuanummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika beliau berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi dari kota Tabriz.Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba-tiba seorang lelaki asing–yakni Syamsi Tabriz–ikut bertanya, “Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?” Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Beliau tidak lampu menjawab.Akhirnya Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, beliau mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi.Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, “Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya.” Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga beliau menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang danmenyanjung gurunya itu, beliau tulis syair-syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan Syams Tabriz. Beliau bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat Syams Tabriz. Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syaikh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masa hidupnya beliau berhasil menghasilkan himpunan syairyang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Bahkan Masnavi sering disebut Qur’an Persia. Karya tulisnya yang lain adalah Ruba’iyyat (sajak empat baris dengan jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang metafisika), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya) .Bersama Syaikh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan Thariqat Maulawiyah atau Jalaliyah. Thariqat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (para Darwisy yang berputar-putar) . Nama itu muncul karena para penganut thariqat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase. Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya.Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konyatiba-tiba dilanda kecemasan, karena mendengar kabarbahwa tokoh panutan mereka, Rumi, tengah menderitasakit keras. Meskipun demikian, pikiran Rumi masihmenampakkan kejernihannya.Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo’akan,“Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan.” Rumi sempat menyahut, “Jikaengkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga yang kafir dan pahit.” “SAMA”, Tarian Darwis yang BerputarSuatu saat Rumi tengah tenggelam dalam kemabukannyadalam tarian “Sama” ketika itu seorang sahabatnyamemainkan biola dan ney (seruling), beliau mengatakan,“Seperti juga ketika salat kita berbicara denganTuhan, maka dalam keadaan extase para darwis jugaberdialog dengan Tuhannya melalui cinta. Musik "Sama"yang merupakan bagian salawat atas baginda Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasalam adalah merupakan wujud musik cinta demi cinta Nabi saw dan pengetahuanNya. Rumi mengatakan bahwa ada sebuah rahasia tersembunyidalam Musik dan "Sama", dimana musik merupakan gerbangmenuju keabadian dan "Sama" adalah seperti electron yang mengelilingi intinya bertawaf menuju sang MahaPencipta. Semasa Rumi hidup tarian “Sama” sering dilakukan secara spontan disertai jamuan makanan danminuman. Rumi bersama teman darwisnya selepas solatIsya' sering melakukan tarian "sama" dijalan-jalan kota Konya.Terdapat beberapa puisi dalam Matsnawi yang memuji"Sama" dan perasaan harmonis alami yang muncul daritarian suci ini. Dalam bab ketiga Matsnawi, Rumimenuliskan puisi tentang kefanaan dalam "Sama", “ketika gendang ditabuh seketika itu perasaan extase merasuk bagai buih-buih yang meleleh dari debur ombak laut”.Tarian Sakral "Sama" dari tariqah Mevlevi Haqqani atauTariqah Mawlawiyah ini masih dilakukan saat ini diLefke, Cyprus Turki dibawah bimbingan Mawlana SyaikhNazim Adil al-Haqqani. Ajaran Sufi Mawlana SyaikhNazim dan mawlana Syaikh Hisyam juga merambah keberbagai kota di Amerika maupun Eropa, sehinggatarian Whirling Dervishes ini juga dilakukan di banyakkota-kota di Amerika, Eropa dan Asia di bawah bimbingan Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-Rabbani.Tarian "Sama" ini sebagai tiruan dari keteraturan alamraya yang diungkap melalui perputaran planet-planet.Perayaan "Sama" dari tariqah Mevlevi dilakukan dalamsituasi yang sangat sakral dan ditata dalam penataankhusus pada abad ke tujuh belas. Perayaan ini untukmenghormati wafatnya Rumi, suatu peristiwa yang Rumidambakan dan ia lukisakna dalam istilah-istilah yangmenyenangkan.Para Anggota Tariqah Mevlevi sekarang belajarmenarikan tarian ini dengan bimbingan Mursyidnya.Tarian ini dalam bentuknya sekarang dimulai denganseorang peniup suling yang memainkan Ney, serulingkayu. Para penari masuk mengenakan pakaian putih yangsebagai simbol kain kafan, dan jubah hitam besarsebagai symbol alam kubur dan topi panjang merah atauabu-abu yang menandakan batu nisan.Akhirnya seorang Syaikh masuk paling akhir danmenghormat para Darwish lainnya. Mereka kemudian balasmenghormati. Ketika Syaikh duduk dialas karpet merahmenyala yang menyimbolkan matahari senja merah tuayang mengacu pada keindahan langit senja sewaktu Rumiwafat. Syaikh mulai bersalawat untuk Rasulullah sawyang ditulis oleh Rumi disertai iringan musik,gendang, marawis dan seruling ney.Peniup seruling dan penabuh gendang memulai musiknyamaka para darwis memulai dengan tiga putaran secaraperlahan yang merupakaan simbolisasi bagi tiga tahapanyang membawa manusia menemui Tuhannya. Pada putaranketiga Syaikh kembali duduk dan para penari melepasjubah hitamnya dengan gerakan yang menyimbulkan kuburan untuk mengalami ‘ mati sebelum mati”,kelahiran kedua. Ketika Syaikh mengijinkan para penari
menari, merekamulai dengan gerakan perlahan memutar seperti putarantawaf dan putaran planet-planet mengelilingi matahari.Ketika tarian hamper usai maka syaikh berdiri danalunan musik dipercepat. Proses ini diakhiri denganmusik penutup dan pembacaan ayat suci Al-Quran.Rombongan Penari Darwis, secara teratur menampilkan"Sama" di auditorium umum di Eropa dan Amerika Serikat.Sekalipun beberapa gerakan tarian ini pelan dan terasalambat tetapi para pemirsa mengatakan penampilan inisangat magis dan menawan. Kedalaman konsentrasi, atauperasaan dzawq dan ketulusan para darwis menjadikangerakan mereka begitu menghipnotis. Pada akhirpenampilan para hadirin diminta untuk tidak bertepuktangan karena “Sama” adalah sebuah ritual spiritualbukan sebuah pertunjukan seni.Pada abad ke 17, Tariqah Mevlevi atau Mawlawiyahdikendalikan oleh kerajaan Utsmaniyah. MeskipunTariqah Mawlawiyah kehilangan sebagian besarkebebasannya ketika berada dibawah dominasiUstmaniyah, tetapi perlindungan Sang Raja memungkinkan Tariqah Mawlawi menyebar luas keberbagai daerah dan memperkenalkan kepada banyak orang tentang tatananmusik dan tradisi puisi yang unik dan indah. Pada Abadke 18, Salim III seorang Sultan Utsmaniyah menjadi anggota Tariqah Mawlawiyah dan kemudian dia menciptakan musik untuk upacara-upacara Mawlawi.Selama abad ke 19 , Mawlawiyah merupakan salah satu dari sekitar Sembilan belas aliran sufi di Turki dan sekitar tigapuluh lima kelompok semacam itu dikerajaan Utsmaniyah. Karena perlindungan dari raja mereka,Mawlawi menjadi kelompok yang paling berpengaruh diseluruh kerajaan dan prestasi cultural merekadianggap sangat murni. Kelompok itu menjadi terkenaldi barat., Di Eropa dan Amerika pertunjukkan kelilingmereka menyita perhatian public. Selama abad 19, sebuah panggung pertunjukkan yang didirikan di Turkimenarik perhatian banyak kelompok wisatawan Eropa yangdating ke Turki.Pada tahun 1925, Tariqah Mawlawi dipaksa membubarkan diri ditanah kelahiran mereka Turki, setelah Kemal Ataturk pendiri modernisasi Turki melarang semua kelompok darwis lengkap dengan upacara serta pertunjukkan mereka. Pada saat itu makam Rumi di Konyad iambil alih pemerintah dan diubah menjadi museum Negara.Motivasi utama Atatutrk adalah memutuskan hubunganTurki dengan masa pertengahan guna mengintegrasikanTurki dengan dunia modern seperti demokrasi ala barat. Bagi Ataturk tariqah sufi menjadi ancaman bagi modernisasi Turki. Pada saat itulah Syaikh Nazim? mulai menyebarkan bimbingan spiritual danmengajar agama Islam di Siprus, Turki.Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani Banyak murid yang mendatangi Mawlana Syaikh Nazim danmenerima Thariqat Naqsybandi Haqqani. Selain itubeliau adalah pemegang otoritas Mursyid tujuh TariqahS ufi besar lainnya, termasuk Mevlevi Haqqani atau Mawlawiyah, Qodiriah, Syadziliyah, Chisty. Namun sayang, waktu itu semua agama dilarang di Turki dan karena beliau berada di dalam komunitas orang-orang Turki di Siprus, agama pun dilarang di sana. Bahkan mengumandangkan azan pun tak diperbolehkan.Langkah Syaikh Nazim yang pertama ketika itu adalah menuju masjid di tempat kelahirannya dan mengumandangkan azan di sana, segera beliau dimasukkan penjara selama seminggu. Begitu dibebaskan, Syaikh Nazim ? pergi menuju masjid besar di Nikosia dan melakukan azan di menaranya. Hal itu membuat para pejabat marah dan beliau dituntut atas pelanggaran hukum.Sambil menunggu sidang, Syaikh Nazim ? terusengumandangkan azan di menara-menara masjid diseluruh Nikosia. Sehingga tuntutannya pun terusb ertambah, ada 114 kasus yang menunggu beliau.Pengacara menasihati beliau agar berhenti melakukan azan, namun Syaikh Nazim ? mengatakan, “ Tidak,aku tidak bisa menghentikannya. Orang-orang harus mendengar panggilan azan untuk shalat.”Ketika hari persidangan tiba, Mawlana Syaikh Nazim didakwa atas 114 kasus mengumandangkan azan diseluruh Cyprus. Jika tuntutan 114 kasus itu terbukti, maka beliau bisa dihukum 100 tahun penjara. Tetapi pada hari yang sama hasil pemilu diumumkan di Turki.Seorang laki-laki bernama Adnan Menderes dicalonkan untuk berkuasa. Langkah pertamanya ketika terpilih menjadi Presiden adalah membuka seluruh masjid-masjid dan mengizinkan azan dikumandangkan dalam bahasa Arab.Inilah keajaiban yang diberikan Allah swt kepada Mawlana Syaikh Nazim.Hingga saat ini makam Rumi di Konya tetap terpelihara dan dikelola oleh pemerintah Turki sebagai tempat wisata. Meskipun demikian pengunjung yang datang kesana yang terbanyak adalah para peziarah dan bukan wisatawan. Melalui sebuah kesepakatan pemerintah Turki, pada tahun 1953 akhirnya menyetujui tarian“Sama” Tariqah Mawlawi dipertontonkan lagi di Konyad engan syarat pertunjukan tersebut bersifat kultural untuk para wisatawan. Rombongan Darwis juga diijinkan untuk berkelana secara Internasional. Meskipun demikian secara keseluruhan berbagai aspek sufisme tetap menjadi praktek yang illegal di Turki dan para sufi banyak diburu sejak Ataturk melarang agama mereka.Wa min Allah at Tawfiq.
Maulana Jalaluddin Rumi, Menari di Depan Tuhan“AKAN tiba saatnya, ketika Konya menjadi semarak, dan makam kita tegak di jantung kota. Gelombang demi gelombang khalayak menjenguk mousoleum kita, menggemakan ucapan-ucapan kita.”Itulah ucapan Jalaluddin Rumi pada putranya, Sultan Walad, di suatu pagi. Dan waktu kemudian berlayar,melintasi tahun dan abad. Konya seakan terlelap dalam debu sejarah. “Tetapi, kota Anatolia Tengah ini tetap berdiri sebagai saksi kebenaran ucapan Rumi,” tulis Talat Said Halman, peneliti karya-karya mistik Rumi.Kenyataannya memang demikian. Lebih dari 7 abad, Rumibak bayangan yang abadi mengawal Konya, terutama untuk pada pengikutnya, the whirling dervishes, para darwis yang menari. Setiap tahun, dari tanggal 2-17 Desember, jutaan peziarah menyemut menuju Konya. Dari delapan penjuru angin mereka berarak untuk memperingati kematian Rumi, 727 tahun silam. Siapakah sesungguhnya makhluk ini, yang telah menegakkan sebuah pilar di tengah khazanah keagamaan Islam dan silang sengketa paham? “Dialah penyair mistik terbesar sepanjang zaman,” kata orientalis Inggris Reynold A Nicholson. “Ia bukan nabi, tetapi ia mampu menulis kitab suci,” seru Jami, penyair PersiaKlasik, tentang karya Rumi, Matsnawi. Gandhi pernah mengutip kata-katanya. Rembrandt mengabadikannya dikanvas, Muhammad Iqbal, filsuf dan penyair Pakistan, sekali waktu pernah berdendang,“Maulana mengubah tanah menjadi madu…. Aku mabukoleh anggurnya; aku hidup dari napasnya.” Bahkan, Paus Yohanes XXIII, pada 1958 menuliskan pesan khusus:“Atas nama dunia Katolik, saya menundukkan kepalapenuh hormat mengenang Rumi.”Besar dalam kembara Cinta adalah menari Tahun 1244, saat berusia 37 tahun, Jalaluddin sudah berada di atas semua ulama di Konya. Ilmu yang dia timba dari kitab-kitab Persia, Arab, Turki, Yunani dan Ibrani, membuat dia nyaris ensiklopedis. Gelar Maulana Rumi (Guru bangsa Rum) pun dia raih. Tapi, di sebuah senja Oktober, sehabis pulang dari madrasah,s eseorang yang tak dia kenal, menjegat langkahnya, dan menanyakan satu hal. Mendengar pertanyaan itu, Rumi langsung pingsan! Sebuah riwayat mengatakan, orang tak dikenal itu bertanya, “Siapa yang lebih agung, Muhammad Rasulullah yang berdoa, ‘Kami tak mengenal-Mu seperti seharusnya’ atau seorang sufi Persia, Bayazid Busthami yang berkata, ‘Subhani, mahasuci diriku, betapa agungnya kekuasaanku’. Pertanyaan mistikus Syamsuddin Tabrizitu mengubah hidup Rumi. Dia kemudian tak lagi terpisahkan dari Syams. Dan di bawah pengaruh Syams,ia menjalani periode mistik yang nyata, penuh gairah,tanpa batas, dan kini, mulai menyukai musik. Mereka menghabiskan hari bersama-sama, dan menurut riwayat,selama berbulan-bulan mereka dapat bertahan hidup tanpa kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, khusuk menuju Cinta Ilahiah.Tapi hal ini tak lama. Kecemburuan warga Konya,membuat Syams pergi. Dan saat Syams kembali, warga membunuhnya. Rumi kehilangan, kehilangan terbesar yang dia gambarkan seperti kehidupan kehilangan mentari.Tapi, suatu pagi, seorang pandai besi membuat Jalaluddin menari. Pukulan penempa besi itu,Shalahuddin, membuat dia ekstase, dan tanpa sadar mengucapkan puisi-puisi mistis, yang berisi ketakjuban pada pengalaman syatahat. Rumi pun kemudian bersabahat dengan Shalahuddin, yang kemudian menggantikan posisi Syams. Dan era menari pun dimulai Rumi, menari sambil memadahkan syair-syair cinta Ilahi. “Tarian para darwis itulah yang kemudian menjadi semacam bentuk ratapan Rumi atas kehilangan Syams,” jelas Talat.Sampai meninggalnya, 17 Desember 1273, Rumi tak pernah berhenti menari, kerana dia tak pernah berhenti mencintai Allah. Tarian itu juga yang membuat peringkatnya dalam inisiasi sufi berubah dari yang mencintai jadi yang dicintai.
Wafatnya Maulana Jalaluddin Rumi
Pada tanggal 5 Jumadil Akhir 672 H atau 17 Desember1273 dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke Rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan,penduduk setempat berdesak-desakan ingin mengantarkan kepulangannya. Malam wafatnya beliau dikenal sebagai Sebul Arus (Malam Penyatuan). Sampai sekarang para pengikut Thariqat Maulawiyah masih memperingati tanggal itu sebagai hari wafatnya beliau.
Diposting Oleh Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani ( Grandson of Mawlana Rumi )
Rabu, 11 Agustus 2010
Sheikh Jalaluddin Rumi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar