Selasa, 20 Juli 2010

Dosa Terakhir (part- 2)

Keempat: Termasuk dosa yang tidak diampuni adalah dosa sombong dan dosa takabbur, yakni dosanya orang memandang dirinya lebih baik dan lebih utama dibandingkan orang lain. Timbulnya sifat sombong itu memang seringkali muncul dari orang yang merasa punya kelebihan, namun mereka lupa bahwa kelebihan itu sejatinya anugerah Allah yang harus disyukuri bukan dibanggakan. Seandainya Allah tidak memberikan anugerah kepada hamba-Nya, maka manusia adalah merupakan makhluk yang lemah. Selama sifat sombong itu belum mampu ditanggalkan dari hatinya, berarti manusia belum pantas masuk surga, meski dia itu orang beriman. Sebab, Iblis, makhluk yang lebih berma’rifat dengan Allah dibandingkan manusia, diturunkan dari sorga akibat adanya sifat sombong dalam hatinya.

Dalam sebuah haditsnya, Baginda Nabi SAW menunjukkan tanda-tanda penghuni neraka dengan adanya sifat bombong. Rasulullah SAW bersabda :

حَدِيثُ حَارِثَةَ بْنِ وَهْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ قَالُوا بَلَى قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ ثُمَّ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

Diriwayatkan dari Haritsah bin Wahab RA berkata: Aku mendengar Nabi SAW bersabda: maukah kamu aku beritahu tentang ahli Syurga? Para Sahabat menjawab: Ya! Rasulullah SAW bersabda: Mereka semua adalah orang yang lemah dan merendah diri, seandainya mereka bersumpah karana Allah niscaya Allah akan mengabulkannya. Kemudian baginda bersabda lagi: maukah kamu aku beritahu tentang ahli Neraka? Mereka menjawab: Ya! Baginda bersabda: Mereka semua adalah orang yang suka diagung-agungkan dan bermegah-megahan serta sombong1. Riwayat Bukhari di dalam Kitab Tafsir al-Qur’an hadits nomor 5437 – Etika hadits nomor 5610 – Sumpah dan Nazar hadits nomor 6165.
2. Riwayat Muslim di dalam Kitab Surga, Kenikmatan dan Penghuni hadits nomor 5092.(CD. al-Bayan)

Tanda-tanda penghuni neraka adalah orang yang suka diagung-agungkan orang, bermegah-megahan dan sombong, ya … gila hormat lah. Selama sifat itu masih ada, berarti selamanya pula orang tersebut menjadi calon penghuni nereka. Untuk itu, jika orang tersebut ingin masuk surga, mereka terlebih dahulu harus mampu menghapus tanda-tanda itu dari dirinya.

Orang yang sombong dan takabbur, do’anya tidak mendapat ijabah dari Tuhannya. Pancaran do’a-do’a mereka tidak dapat menembus pintu langit seperti unta tidak dapat memasuki lubang jarum. Allah mengisyaratkan hal ini dengan firman-Nya :

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan”. (QS.Al-A’raaf(7);40).

Kelima: Dosa yang tidak diampuni dengan tanpa alasan adalah dosa syirik atau menyekutukan Allah. Orang berharap dan takut kepada selain Allah padahal dia beriman kepada-Nya, berarti orang tersebut berbuat syirik kepada Allah. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS.An-Nisa’(4);48).

Orang berbuat syirik kepada Allah berarti menyamakan Dzat Yang Maha Mulia dengan makhluk yang hina. Hal itu adalah kezaliman yang besar. Allah menegaskan dengan firman-Nya:

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”(QS.Luqman(31);13).

Apabila perbuatan syirik itu dalam konteks harapan, maka artinya, orang berharap mendapatkan kemudahan hidup kepada selain Allah, berarti manusia berharap kepada sesama makhluk yang lemah. Mereka berharap kepada orang yang sama-sama mempunyai kebutuhan. Oleh karena itu, mustahil orang tersebut dapat mengabulkan kebutuhan orang lain. Jika hal itu bisa terjadi, itu semata-mata hanya terjadi atas kehendak dan pertolongan Allah.

Namun demikian, ketika sunnah sudah ditentukan, bahwa sistem distribusi rizki untuk seseorang ditentukan Allah harus melewati orang lain, baik melalui atasan dalam perusahaan ataupun orang yang selalu berbuat baik. Hal itu sering menjebak orang berbuat syirik kepada Allah. Disamping mereka bertawakkal kepada Allah juga menyandarkan harapan kepada sesama manusia. Bahkan terkadang cenderung dominan berharap kepada manusia.

Bagi orang beriman, menyandarkan harapan kepada selain Allah dapat menciderai kesempurnaan tauhid mereka. Hal itu bisa menjadi penyebab tertutupnya pintu ijabah dari Allah Ta’ala. Do’a mereka tidak dikabulkan Allah. Terlebih apabila harapan kepada manusia itu sampai memalingkan hatinya untuk bertawakkal kepada Allah. Mereka lebih berharap kepada manusia daripada bertawakkal kepada Allah. Dalam keadaan seperti itu berarti mereka telah benar-benar berbuat syirik kepada Tuhannya.

Untuk menjaga hati supaya orang beriman tidak terjebak berbuat syikir, berdzikir kepada Allah secara istiqomah adalah solusinya. Dengan setiap saat, pagi dan sore, mereka membaca kalimat tauhid secara terbimbing, amaliyah itu dapat menghapus dan menjaga hati dari kotoran syirik, seperti orang menghapus debu yang menempel di kaca.

Apabila orang beriman enggan berdzikir kepada Allah, padahal setiap saat hati mereka selalu dikotori dosa syirik yang tidak disadari, maka kotoran yang menempel dalam hati itu akan menjadi bagaikan karat besi. Karat hati itu akan membutakan matahati hingga jalan hidup menjadi gelap gulita. Itu pertanda hati yang telah terputus dari hidayah Allah.

Akibat dari itu, manusia akan merasakan hidup di dunia ini dalam keadaan terasing. Ketakutan dan kekhawatiran yang tidak beralasan selalu menghantui jalan pikiran. Bayang-bayang kehidupan yang muncul setiap saat dalam lamunan, datang lebih seram dari keadaan sesungguhnya. Ketakutan menjadi miskin menjadikan hati menjadi kikir. Hal itu karena hidup tidak mendapat perlindungan dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Matahati tertutup dari sinar manisnya keimanan sehingga hidup menjadi resah. Allah telah menggambarkan keadaan orang tersebut dengan firman-Nya :

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”(QS.Al-Hajj(22);31).

Orang berbuat syirik berarti memutus hubungan dengan Tuhannya. Memutus hubungan dengan sumber dan tambang energi yang hakiki. Di dunia hidup dalam kesendirian dan kesengsaraan, bagaikan layang-layang putus dihempas angin kesana kemari. Hidup yang selalu terombang ambing dalam keraguan, tidak ada dasar pijakan dan tidak ada pegangan, tidak ada petunjuk yang diikuti dan tidak ada pertolongan yang mendampingi. Hanya mengikuti kemauan nafsu kosong yang sering mengajak angan berlari kencang tanpa tujuan. Itu disebabkan, karena hidup mereka telah terlepas dari sistem kontrol urusan ketuhanan yang mampu menjadi pengendali kehidupan.

Ketika usia hidup sudah di ambang batas ajal kematian. Saat itu rasional semakin lemah hingga tidak mampu lagi menyangga kemauan nafsu dan beban hidup yang tetap mengganjal. Mereka terpaksa tinggal menunggu batas bayangan akhir yang seakan-akan tidak berujung pangkal. Kondisi seperti itu, bisa jadi jiwa kehilangan diri hingga eksistensi menjadi pergi digondol setan.

Akibatnya, tubuh yang masih sehat menjadi jasad kasar tidak bertuan, sorot mata menerawang kosong dan rongga dada sunyi tidak berpenghuni, bahkan wadaq jasad terkadang malah dihuni oleh makhluk yang selama ini dipertuan, yaitu setan jin yang telah lama dimanjakan. Selanjutnya, manusia tinggal daging dan tulang yang sama sekali tidak ada harga untuk dijual walau sekedar untuk mendapatkan penghargaan dari sanak dan handai taulan. Itulah gambaran manusia yang hidupnya dimakan oleh jalan pikiran yang tidak tercerahkan. Oleh karena saat kuatnya pikiran tidak pernah disinari nur iman, maka saat lemahnya tidak mendapatkan pertolongan.
Sumber :http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar